A. Dimensi Ruh Manusia
Menurut Ibnu Zakariya (w. 395 H /
1004 M) menjelaskan bahwa kata al-ruh dan semua
kata yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf ra, wawu, ha; mempunyai arti dasar
besar, luas dan asli. Makna itu mengisyaratkan
bahwa al-ruh merupakan sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik nilai maupun
kedudukannya dalam diri manusia
Al-Raqib al-Asfahaniy (w. 503 H /
1108 M), menyatakan di antara makna al-Ruh adalah al-Nafs (jiwa manusia). Makna
disini adalah dalam arti aspek atau dimensi, yaitu bahwa sebagian aspek atau
dimensi jiwa manusia adalah al-ruh.
Nyawa (ruh) menurut
al-Ghazali mengandung dua pengertian, pertama : tubuh halus (jisim lathif). Sumbernya
itu lubang hati yang bertubuh. Lalu bertebar dengan perantaraan urat-urat yang
memanjang ke segala bagian tubuh yang lain. Mengalirnya dalam tubuh, membanjirnya
cahaya hidup, perasaan, penglihatan, pendengaran, dan penciuman dari padanya
kepada anggota-anggotanya itu, menyerupai membanjirnya cahaya dari lampu yang
berkeliling pada sudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai kepada
sebagian dari rumah, melainkan terus disinarinya dan hidup itu adalah seperti
cahaya yang kena pada dinding. Dan nyawa itu adalah seperti lampu. Berjalannya
nyawa dan bergeraknya pada batin adalah seperti bergeraknya lampu pada
sudut-sudut rumah, dengan digerakkan oleh penggeraknya.
Pengertian kedua yaitu
yang halus dari manusia, yang mengetahui dan yang merasa. Dan itulah
tentang salah satu pengertian hati, serta itulah yang dikehendaki oleh Allah
Ta’ala dengan firman-Nya:
tRqè=t«ó¡our Ç`tã Çyr9$# ( È@è% ßyr9$# ô`ÏB ÌøBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# wÎ) xÎ=s% {الإسراء : 85}
dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Dan itu adalah urusan ketuhanan yang menakjubkan, yang
melemahkan kebanyakan akal dan paham dari pada mengetahui hakikatnya.
Dengan adanya al-ruh dalam diri manusia menyebabkan
manusia menjadi makhluk yang istimewa, unik, dan mulia. Inilah yang disebut
sebagai khayalan akhar, yaitu makhluk yang istimewa yang berbeda dengan makhluk
lainnya. Al-Qur’an menjelaskan hal ini dalam QS. Al-Mu’minun : 14. Kata al-Ruh
disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 24 kali, masing-masing terdapat dalam 19
surat yang tersebar dalam 21 ayat. Dalam 3 ayat kata al-ruh berarti pertolongan
atau rahmat Allah, dalam 11 ayat yang berarti Jibril, dalam 1 ayat bermakna
wahyu atau al-Qur’an, dalam 5 ayat lain al-ruh berhubungan dengan aspek atau
dimensi psikis manusia.
Mengenai
ruh ada beberapa karakteristik, antara lain :
1.
Ruh
berasal dari Tuhan, dan bukan berasal dari tanah / bumi
2.
Ruh
adalah unik, tak sama dengan akal budi, jasmani dan jiwa manusia. Ruh yang
berasal dari Allah itu merupakan sarana pokok untuk munajat kehadirat-Nya
3.
Ruh
tetap hidup sekalipun kita tidur / tak sadar
4.
Ruh
dapat menjadi kotor dengan dosa dan noda, tapi dapat pula dibersihkan dan
menjadi suci.
5.
Ruh
karena sangat lembut dan halusnya mengambil “wujud” serupa “wadah”-nya,
parallel dengan zat cair, gas dan cahaya yang “bentuk”-nya serupa tempat ia
berada.
6.
Tasawuf
mengikutsertakan ruh kita beribadah kepada Tuhan
7.
Tasawuf
melatih untuk menyebut kalimat Allah tidak saja sampai pada taraf kesadaran
lahiriah, tapi juga tembus ke dalam alam rohaniah. Kalimat Allah yang termuat
dalam ruh itu pada gilirannya dapat membawa ruh itu sendiri ke alam ketuhanan.
Dimensi
psikis manusia yang bersumber secara langsung dari Tuhan ini adalah dimensi
al-ruh. Dimensi al-ruh ini membawa sifat-sifat dan daya-daya yang dimiliki oleh
sumbernya, yaitu Allah. Perwujudan dari sifat-sifat dan daya-daya itu pada
gilirannya memberikan potensi secara internal di dalam dirinya untuk menjadi
khalifah Allah, atau wakil Allah. Khalifah Allah dapat berarti mewujudkan
sifat-sifat Allah secara nyata dalam kehidupannya di bumi untuk mengelola dan
memanfaatkan bumi Allah. Tegasnya bahwa dimensi al-ruh merupakan daya
potensialitas internal dalam diri manusia yang akan mewujud secara aktual
sebagai khalifah Allah.
Dalam al-Qur’an dijelaskan kata al-ruh berhubungan
dengan aspek atau dimensi psikis manusia. Berikut dijelaskan bahwa Allah
“meniup”-kan ruh-Nya ke dalam jiwa dan jasad manusia. Sebagaimana yang terdapat
dalam ayat berikut ini :
فَإِذَا
سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُ سَاجِدِينَ {الحجر
: 29}
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniup kan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud”. (QS. Al-Hijr : 29)
Berdasarkan ayat di atas, kata ruh dihubungkan dengan
Allah. Istilah yang digunakan untuk menyatakan hubungan itu juga beragam,
seperti al-ruh minhu ruhina, ruhihi, al-ruhiy, ruh min amri rabbi.
Selanjutnya, ruh Allah itu diciptakan kepada manusia melalui proses al-nafakh.
Berbeda dengan al-nafs, sebab nafs telah ada sejak nutfan dalam proses
konsepsi, sedangkan ruh baru diciptakan setelah nutfah mencapai kondisi
istimewa. Karena itu merupakan dimensi jiwa yang khusus bagi manusia.
Tasawuf Islam mengajarkan metode dan teknik-teknik
munajat dan shalat khusyuk guna meningkatkan derajat ruh mencapai taraf al-nafs
al-muthmainnah / lebih tinggi lagi. Sehingga diharapkan manusia dapat
mengembangkan diri mencapai kualitas insan kamil. Adapun ruh diciptakan jauh sebelum
manusia dilahirkan, berfungsi semasa hidup dan setelah meninggal ruh akan
pindah ke alam baqa untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya ke dalam hadirat
Ilahi. Jadi ruh itu ada dalam diri manusia, tapi tak kasat mat (invisible)
karena sangat halus, gaib serta dimensinya yang jauh lebih tinggi dari alam
pikiran, serta tahapannya pun di atas alam sadar. Ruh dengan demikian merupakan
salah satu dimensi yang ada pada manusia di samping dimensi ragawi dan dimensi
kejiwaan, yang ada sebelum dan sesudah masa kehidupan manusia.
B. Dimensi
Fisik Manusia
Fisik atau dalam bahasa Inggris
"Body" adalah sebutan yang
berarti sesuatu wujud dan dapat terlihat oleh kasat mata, yang juga merupakan
terdefinisi oleh pikiran. Dimensi fisik manusia berarti bagian tubuh manusia (badan)
keseluruhan yang dapat di inderakan oleh mata serta dapat diuraikan dengan
kalimat/terdefinisi.
Proses terjadinya manusia sangatlah dasyat. Untuk
bisa membuahi sel telur, satu sel sperma harus berkompetisi dengan jutaan sel
sperma lainnya dan hanya satu saja yang jadi pemenangnya.
Secara fisik, keajaiban fisik manusia dapat dilihat
dari bentuk tubuh yang ditopang oleh 200 tulang yang telah dibentuk secara unik
dan estetis, 500 otot dengan milyaran serta-serat otot dan serat syaraf yang
panjangnya kira-kira 11 km. Saling terkoordinasi dengan baik tanpa
ada tumpang tindih pekerjaan antara yang lainnya.
Manusia memiliki denyut jantung 100.000
kali/hari. Memompa 25.000 liter darah/hari keseluruh tubuh, mata mampu
membedakan lebih dari 10 juta warna, panjang pembuluh darah mencapai 100.000 km
dan jika disambungkan dengna serat-serat otot yang dimiliki, ternyata mampu
memberi 25 ton daya tarik kekuatan otot apabila keseluruhan otot disalurkan ke arah yang sama.
Dalam kurun waktu 24 jam, jantung normal
berdenyut 103.689 kali, darah menempuh perjalanan sepanjang 168.000.000
mil, bernafas
sebanyak 23.040 kali, menghirup udara sebanyak 483 M3, menelan 1,5
kg makanan, dan 3.5 minuman/cairan.
Manusia berkata-kata sebanyak 25.000 kata,
menggerakan 750 otot, kuku kita tumbuh sepanjang 0.00012 cm, rambut tumbuh
sepanjang 0.94353 cm, lebih ajaib lagi semua ini dikendalikan dan diperintahkan
(dikontrol) oleh sebuah organ yang besarnya sedikit lebih besar dari dua
kepalan tangan kita dan berat kurang lebih 1.5 kg, yaitu otak.
Otak manusia terdiri atas 1 trilyun sel otak, yang
jumlahnya setara dengan 167 kali jumlah penduduk bumi, dimana setiap selnya
mampu bekerja lebih hebat dari PC komputer yang ada. Dengan uraian diatas,
maka jangan pernah putus asa, jangan pernah mengeluh dan jangan pernah rendah
diri, karena potensi dari kita adalah luar biasa, karena Tuhan sudah
menciptakan kita dengan sangat luar biasa.
Ada beberapa cara untuk menjaga kesehatan fisik kita, diantaranya
yaitu:
1. Hindari kebiasaan barang candu
2. Hindari hubungan seks di luar nikah
3. Makan
Makanan Yang Sehat Dan Sesuai Aturan
4. Menjaga
Kebersihan Diri Sendiri Dan Lingkungan Sekitar Kita
5. Berolahraga
Dan memeriksakan Kesehatan Ke Dokter Secara Berkala
6. Hindari
Stress Yang Berlebihan Dengan Cara Yang Sehat Dan Halal
C. Dimensi Akal Manusia
Akal berasal dari bahasa Arab 'aql yang secara bahasa berarti
pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah daya pikir
(untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami lingkungan, atau
merupakan kata lain dari pikiran dan ingatan. Dengan akal, dapat melihat
diri sendiri dalam hubungannya dengan lingkungan sekeliling, juga dapat
mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita sendiri,
serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian yang esensial
hidup ini.
Akal juga bisa berarti jalan atau cara
melakukan sesuatu, daya upaya, dan ikhtiar. Akal juga mempunyai konotasi negatif sebagai alat untuk melakukan tipu
daya, muslihat, kecerdikan, kelicikan.
Al-Ishfahami membagi akal manusia kedalam 2 macam yaitu:
1.
Aql-al-Mathbu yaitu akal yang
merpakan pancaran dari Allah swt sebagi fitrah ilahi. Akal ini tidak akan bisa berkembang jika
tidak dibarengi dengan kekuatan akal lainyya, yaitu akal aql-al masmu.
2.
Aql-al Masmu yaitu akal yang
merupakan kemampuan, menerima yang dapat dikembangkan manusia. Akal ini bersifat aktif dan dapat
dikembangakan sebatas kemampuan yang dimilikinya lewat bantuan proses
perinderaan secara bebas.
Fungsi akal manusia:
1.
Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal manusia dapat mengerti apa yang
tidak dapat dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai kejiwaan.
2.
Akal adalah pengertian dan pemikiran yang
berubah-ubah dalam menghadapi sesuatu baik yang tampak jelas maupun tidak
jelas.
3. Akal adalah penunujuk yang dapat membedakan
bidaah dan kesehatan.
4.
Akal adalah kesadaran batin dan pengtuaran.
5. Akal adalah pandangan batin yang berdaya tembus melebihi
penglihatan mata
6. Akal
adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang akan
dihadapi.
Dalam dunia pendidikan, fungsi intelektual atau kemampuan akal manusia
atau anak didik dikenal dengan istilah kognitif. Kognitif yaitu peroleh,
penataan dan penggunaan pengetahuan. Kognisi sebagai salah satu peranan
psikologis yang berpusat di otak meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan pengolahan inforamasi, pemecahan
masalah, kesenjangan dan keyakinan.
Adapun tujuan pendidikan akal berdasarkan semangat Islam secara utuh
adalah akal yang sempurna menurut ukuran ilmu dan takwa. Dengan kata lain,
setelah mengalami pendidikan seseorang diharapkan mencapai tingkat perkembangan
yang optimal sehingga mampu berperan sebagaiman yang diharapkan, yaitu untuk
berfikir dan berdzikir.
Antara agama dan akal terdapat hubungan dua arah dimana hubungan ini
berada dalam bentuk yang sedemikian eratnya sehingga mustahil membayangkan adanya
pemisahan di antara keduanya. Makna hubungannya bisa dijabarkan dalam bentuk
yang lain.
Agama dari satu sisi telah menjelaskan urgensi akal dalam dua dimensi
teoritis dan praktis, misalnya dalam salah satu ayat-Nya Allah Swt berfirman,
ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ yìö6y ;Nºuq»oÿx z`ÏBur ÇÚöF{$# £`ßgn=÷WÏB ãA¨t\tGt âöDF{$# £`åks]÷t/ (#þqçHs>÷ètFÏ9 ¨br& ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ¨br&ur ©!$# ôs% xÞ%tnr& Èe@ä3Î/ >äóÓx« $RHø>Ïã ÇÊËÈ
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit
dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah senantiasa turun di antara keduanya,
agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
sesungguhnya ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS.
ath-Thalaq: 12).
Berdasarkan ayat ini, tujuan penciptaan seluruh langit adalah
keberilmuan seluruh manusia, dan karena akal teoritis memegang tanggung jawab
dalam pemikiran dan tafakkur, maka menjadi jelaslah bahwa hasil-hasil pemikiran
yang berangkat dari penciptaan keseluruhan langit dan alam, sangat bergantung
pada akal teoritis ini, dan manusia ketika meraih tujuan hakiki penciptaan
alam, maka niscaya dia telah berhasil memanfaatkan dan menggunakan secara
maksimal potensi akalnya dan juga dengan perantaraan akal teoritis inilah
manusia akan mampu menyingkap berbagai hakikat-hakikat alam dan menambah luas
pengetahuan-pengetahuan teoritisnya.
Demikian juga, dalam salah satu ayat-Nya, Allah Swt menjelaskan
tentang urgensi akal praktis sebagai berikut,
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS. adz-Dzhariyaat: 5).
Allah Swt dalam ayat ini menganggap bahwa tujuan penciptaan jin dan
manusia adalah ibadah dan penghambaan. Dari satu sisi, ibadah dan penghambaan berada
dalam cakupan motivasi-motivasi yang benar dan hal ini tidak akan terwujud
tanpa memanfaatkan akal praktis, dengan artian bahwa jika manusia tidak mampu
menciptakan motivasi-motivasi yang benar dan bernilai dalam dirinya dan ia
tidak mampu menentukan tujuan mulia untuk segala perbuatannya sendiri di alam
materi, maka makna yang benar dan tepat dari aspek penghambaan dan ubudiyahnya
ini tidak akan pernah dia temukan.
Dari sini, bisa dikatakan bahwa kesadaran tentang kebertujuan
penciptaan alam dan makhluk tersebut juga merupakan hasil dari akal praktis.
Dan tanpa adanya akal praktis ini, manusia tidak akan memiliki kemampuan untuk
menciptakan motivasi-motivasi yang tepat, ibadah-ibadah yang lurus, dan
penghambaan yang benar, dengan demikian tanpa adanya akal praktis, manusia akan
terhalang dalam pencapaian tujuan hakiki penciptaannya.
0 komentar:
Posting Komentar